PHNOM PENH-Pertumbuhan investasi dan
perdagangan Indonesia pada saat pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean
(Asean Economic Community) pada 2015 diprediksi akan meningkat
signifikan dengan catatan bisa menyiapkan diri sebaik-baiknya menghadapi
integrasi kawasan ekonomi tersebut.
Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan
mengungkap implementasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang kemudian
diikuti dengan implementasi Regional Comprehensif Economic Partnership
(RCEP) yakni integrasi kekuatan ekonomi Asean dengan mitra dagang Asean
[Asean + 6] yakni China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia,
Selandia Baru, akan berdampak signifikan terhadap ekonomi domestik RI.
“Implementasi MEA dan RCEP akan
membentuk kekuatan ekonomi baru yang sangat dahsyat dengan populasi
sekitar 3 miliar dan perekonomian senilai US$10 triliun – US$15 triliun.
Ini peluang besar bagi kita untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan per kapita,”tuturnya di sela-sela KTT Asean ke-21 di Phnom
Penh, Minggu (18/11). (foto: Kemendag)
Negara-negara Asia Tenggara sepakat
menunjuk RI untuk menjadi motor penggerak dalam mengintegrasikan
kekuatan ekonomi Asia Tenggara dan Asia Timur ke dalam pusaran ekonomi
global.
Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan
mengatakan posisi RI sebagai ketua juru runding untuk implementasi
Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) akan diformalkan
dalam pertemuan para kepala negara Asean di KTT Asean ke-21 dan mitra
dagang Asean pada 20 November 2012.
Dia menyebutkan konsep RCEP akan lebih
menyatukan kekuatan ekonomi Asean sekaligus meningkatkan posisi tawar
dalam perekonomian global terutama dalam menyiasati blok-blok integrasi
ekonomi lain seperti China-Jepang-Korea Free Trade Area dan
Trans-Pacific Partnership yang disponsori oleh Presiden Amerika Serikat
Barack Obama.
Saat membuka KTT Asean ke-21, PM Kamboja
Hun Sen selaku Ketua Asean 2012 menggarisbawahi prioritas pembahasan
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tersebut.
“Ase
an harus mempercepat upaya memperdalam integrasi regional terhadap Masyarakat Ekonomi Asean pada 2015,”katanya.
Menurutnya, keberhasilan penerapan MEA
2015 sangat menentukan masa depan perekonomian Asean dan meningkatkan
perannya yang lebih signifikan dalam percaturan ekonomi global di tengah
menurunnya pertumbuhan ekonomi global.
Pada kesempatan itu dia mengajak para
kepala negara Asean untuk menyelesaikan beberapa isu kunci sebelum
penerapan MEA 2015 yakni hambatan tarif dan non-tarif, liberalisasi
investasi, konektivitas dan transportasi, pemberdayaan UKM.
Selain itu, inisiatif untuk integrasi
Asean, pengakuan atas perhatian tentang layanan profesional dan
perpindahan tenaga kerja, infrastruktur kelembagaan dan reformasi
peraturan serta isu-isu kelembagaan MEA. “Yang juga patut menjadi
perhatian kita adalah peluncuran RCEP,”tuturnya.
Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara
(Asean) didirikan pada 1967, saat ini beranggotakan 10 negara
masing-masing Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia,
Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar